KUMPULAN TUGAS SISWA
Membuat Iklan powerpoint
1.Iklan
3.Fajar12 Chrissa14 IXA
4.IKLAN ita billa 17, faiq 11
5. IKLAN.07.28 EDITED
6.Bahasa Indonesia-IKLAN
MENGANALISIS NOVEL TAHUN 20-30AN
Judul : Siti Nurbaya
Pengarang : Marah Rusli (7 Agustus 1889-17 Januari 1968)
Penerbit : Balai Pustaka
Tema : Percintaan
Pelaku Utama :
1. Siti Nurbaya
2. Samsulbahri
Pelaku Sampingan :
1. Datuk Maringgih
2. Sutan Mahmud Syah
3. Baginda Sulaiman
4. Aminah
5. Arifin
Adat istiadat :
1. Masih adanya tradisi perjodohan.
2. Masih kentalnya sopan santun dan budi pekerti.
3. Sanksi sesuai dengan adat yang berlaku.
Pola Pikir :
1. Masih sederhanya pola pikir masyarakat karena hanya berpikir jangka pendek.
2. Mudah menyerah tanpa berusaha terlebih dahulu.
Relavansi :
1. Masih adanya pola pikir jangka pendek dan ingin menjatuhkan sesama karena iri hati seperti yang dilakukan Datuk Meringgih.
2. Masih banyaknya orang yang mudah berputus asa dengan melakukan bunuh diri dan sebagainya seperti yang hampir dilakukan oleh Samsulbahri.
Ringkasan Cerita :
Sutan Mahmud Syah termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang. Penghulu yang sangat disegani dan dihormati penduduk disekitarnya itu, mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Bersebelahan dengan rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak tunggal keluarga kaya-raya itu.
Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan,” demikian Datuk Meringgih berkata (hlm. 92). Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, took-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.
Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.
Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun dating menagih janji.
Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.
Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putrid tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun sbenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalsni hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan menceburkan Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.
Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan. Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.
Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih yang culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.
Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga menemui ajalnya.
Ternyata ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa maluatas tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang familinya yang bernama Aminah.
Sekali waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.
Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.
Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat berduka, mula-mula mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.
Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat bimbang juga ketika mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.
Dalam pertempuran me;awan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.
Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat dirumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia Samsulbahri, ia mengembuskan napas di depan ayahnya sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan harinya.
PRESENTED BY:
© Angelita Dinda Arum Sari 9A/03
© Nurul Putri Arliana 9A/20
© Yusvensia Jesica Anggun F 9A/28
2.Judul : Siti Nurbaya
Pengarang : Marah Rusli
Tema : Percintaan
Pelaku utama : Siti Nurbaya, Datuk Maringgih, Samsulbahri
Adat kebiasaan : Perjodohan
Pola pikir : kolot, kuno, dan memaksa
Relevansi : Di masyarakat modern sudah jarang ditemukan perjodohan yang dalam konteks “memaksa” namun dibeberapa kawasan yang nilai adat istiadatnya masih dijunjung tinggi tradisi perjodohan kerap dijumpai.
Ringkasan :
Sutan Mahmud Syah termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang. Penghulu yang sangat disegani dan dihormati penduduk disekitarnya itu, mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Bersebelahan dengan rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak tunggal keluarga kaya-raya itu.
Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan,” demikian Datuk Meringgih berkata (hlm. 92). Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, took-toko, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.
Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.
Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun dating menagih janji.
Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.
Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putrid tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun sbenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalsni hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan menceburkan Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.
Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan. Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.
Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih yang culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.
Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga menemui ajalnya.
Ternyata ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa maluatas tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang familinya yang bernama Aminah.
Sekali waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.
Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.
Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat berduka, mula-mula mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat menggagalkan tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.
Sepuluh tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia menjadi serdadu kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni, melainkan terdorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat bimbang juga ketika mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.
Dalam pertempuran me;awan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.
Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat dirumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia Samsulbahri, ia mengembuskan napas di depan ayahnya sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan harinya.
Tugas Membuat Iklan
Tugas Resensi Buku
RESENSI 😀
1. Andrianita Dwi Puspitarini IXA/02
2. Evawane Fahma Kusumawardani IXA/09
3. Intan Kurnia Putri IXA/15
1. Identitas Buku :
a. Judul : Semerbak Bunga Di Bandung Raya
b. Penullis : Haryoto Kunto
c. Penerbit : Granesia, Bandung
d. Tahun : 1986
e. Tebal : 1016 halaman
2. Ikhtisar Buku :
Buku Semerbak Bunga di Bandung Raya, menjadi sangat berisi. Dari sini kita tidak hanya dapat melihat kisah Bandung Tempo Doloe, tetapi juga memikirkan bagaimana seharusnya Kota Bandung dikembangkan.Hal ini diperlukan lantaran kecenderungan perkembangan Kota Bandung tidak lagi memerhatikan implikasi-implikasi yang bakal terjadi, baik secara tata ruang kota, estetika kota, ekologis, maupun kemasyarakatan.
Pembangunan mal, hotel, jalan layang, didirikannya factory outlet di jalan-jalan utama, telah membuat Kota Bandung kian sulit diatur. Hal ini disebabkan semua pembangunan itu gagal memprediksi dampak-dampak negatif yang bakal terjadi.
Tidak mengherankan jika, konon, sejumlah kawan mahasiswa arsitektur serta planologi ITB di tahun 1990-an, diwajibkan membaca buku ini agar dapat melihat bagaimana Bandung seharusnya dibangun.
Hal lain yang menarik dari buku ini yang usianya hampir seperempat abad ini adalah, banyak kisah-kisah nostalgia mengenai Bandung. Pembaca seakan diajak untuk “berkelana” ke masa lalu. Dan melihat Bandung yang masih asri, segar, serba teratur hingga dijuluki Paris Van Java.
Kisah Jalan Braga yang dulu menjadi tujuan tempat plesir tuan-tuan Belanda, hanya satu bagian kecil yang diulas oleh Haryoto Kunto dalam buku ini. Masih banyak lagi tempat yang diulas oleh Haryoto Kunto seperti kisah sungai Cikapundung, stasiun bandung, dingga kawasan Dago. Bahkan Haryoto Kunto pun sempat mengulas masalah Bandung Purba.
3. Kelebihan dan Kekurangan
a. Buku ini memang menarik. Penulisnya, almarhum Haryoto Kunto, dosen planologi Institut Teknologi Bandung, tampak banyak mengetahui seluk-beluk Kota Bandung, tidak hanya dari sisi tata letak kota, tetapi juga dari sisi sosiologis.
b. Buku ini tergolong langka dan dicari oleh banyak kolektor buku. Tidak mengherankan jika ada kolektor yang siap melepas buku setebal lebih dari 1.000 halaman ini dengan dengan harga antara 800 ribu hingga 1,4 juta rupiah.
4. Pendapat Pribadi :
Buku ini memang layak dibaca tidak hanya oleh mereka yang cinta Kota Bandung tetapi juga oleh mereka yang peduli dengan koat tempat mereka tinggal, sebab dari buku dapat diketahui bagaimana sebaiknya sebuah kota diperlakukan
KAMUS KECIL KATA BAKU /KLS 9A
A
No Kata baku No Kata baku
.
Adinda
Adnan
Agamais
Agrobisnis
Ahad
Akidah
Akikah
Akomodasi
Akta
Aktif
Akuarium
Aliah
Alif
Analisis
Angkasa 16.
Aplaus
Apotek
Arktika
Artefak
Aseksual
Asyik
Atlet
Augmantasi
Avokad
Ayit
Azan
Azmat
B
No Kata baku No Kata baku
Baba
Bagasi
Bahari
Bahasa
Baiat
Baksis
Bakso
Balsam
Bandering
Banderol
Bangkar
Bangkeh
Banzai
Barap
Barkas 16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. Barongsai
Baskat
Batalion
Baterai
Bayam
Bega
Begandering
Beksan
Belang
Belangkin
Belit
Berangan
Berantas
Bergajul
Bungalo
C
No Kata baku
Cadar
Cadel
Cakap
Camar
Candra
Cangkul
Carak
Cecak
Cedera
Cedok
Cekalang
Cekarau
Cekcok
Cekibar
Cekur
Celapak
Celempong
Celuk
Celurut
Celus
Celus
Cenangga
Cendera
Cengkeram
Cengkok
Ceratuk
Cerek
Cergas
Cerita
Cincau
D
No Kata baku
Dahulu
Damah
Dansanak
Daras
Daulat
Dawat
Degan
Degen
Dekret
Delangak
Dempok
Dengkur
Derik
Deruji
Derum
Desus
Detergen
Dewala
Diagnosis
Dirham
Disenfektan
Dolfin
Donatur
Dongak
Durno
Dus
E
No
Efedrina
Efektif
Egalitarianisme
Eksem
Eksklusif
Eksoftalmos
Eksploitasi
Ekspor
Eksposisi
Eksternal
Ekstrakurikulerl
Elo
Endoderma
Energi
Erotis
F.
No
Faktor
Fakultas
Favorit
Fertilisasi
Film
Filsuf
Formatur
Fosfor
Foto
Fotokopi
Frasa
G.
No Kata baku
Gadang
Gaduh
Gahara
Gaharu
Gandin
Gangsir
Gasal
Gasing
Gedebuk
Gelagah
Gelambir
Gelangsar
Gelantang
Gelebah
Geleda
.
Gelegak
Gelepur
Genis
Globalisasi
Gulana
H.
No Kata baku
Hafal
hakikat
Hanggar
Hanya
Haul
Hembalang
Hibah
Hibuk
Hidayah
Hiposis
hipotesis
Hujat
Hujin
I
No Kata baku
Iduladha
ijazah
Ikhtiar
Iktirad
Iktiraf
Incar
Indra
Infanteri
Insalatur
Interjeksi
Intrakurikuler
Istri
izin
J.
No Kata baku
Jabal
jadwal
Jaharu
Jamang
Jamu
Jangat
Jangkauan
Jangkrik
Jantur
Jariah
Jawi
Jenang
Jerang
Jerangau
Jerangau
Jerepet
Jeriken
Jumat
Juragan
K.
No Kata baku
karena
karisma
karismatik
kategori
khotbah
komplet
konkret
kreatif
kreativitas
kredit
kualitas
kuantitas
kuitansi
kuota
L
No Kata baku
Laba-laba
Laberang
Lahad
Lailah
Lakeri
laknat
Lalat
Lamina
Lancong
lembap
Lempuyang
Lempuyangan
lubang
M.
No Kata baku No Kata baku
maaf
Macet
Madah
Madrasah
Madya
Magfirah
Magis
Magnetis
Mahfuz
Mahligai
Mahoni
Mak
makhluk
Makhraj
masyhur 16.
.
Mazi
Medalion
Megap-Megap
muazin
Mudarat
mukjizat
N.
No Kata baku No Kata baku
Naaf
Nadir
Nafi
Nafsi
Nafsu
Nah
Nahas
Nahkoda
Nakara
Nakhoda
Nali
Napal
Napas
Narkotik
Narwastu 16. Nasita
Nazar
Negeri
Niaga
nikmat
O.
No Kata baku
Objek
Objektif
Objektivisme
Objektivitas
Oktana
Olahraga
Omzet
Ons
Otoritas
Ovarium
P.
No Kata baku
Pacek
Pacet
Pacih
Paing
Pak
Palem
Palmin
pasif
Pedusi
penasihat
petai
proklamasi
provinsi
proyek
Q.
No Kata baku
Qari
Qariah
Quran
R.
No Kata baku
Ramadhan
Ramai
Ranking
Rantai
Rapor
Real
Realitas
Relief
Risiko
Rute
S.
No Kata baku No Kata baku
Saksama
Sampo
Saraf
Sarat
Segitiga
Sekadar
Selebritas
Sepak bola
Sekretaris
Silakan
Sintesis
Sistem
Sistematis
Standar
Standardisasi 16.
Subjek
Subjektif
Sumatra
Surga
T.
No Kata baku
Takhta
Taksi
Tampak
Tanda Tangan
Tapai
Teknik
Teknologi
Telantar
Telepon
Temperamen
Teoretis
Terampil
Tertawa
Tetapi
Tetapi
U.
No Kata baku
Ubah
Ukhrawi
Ukhuwah
Ultrasonografi
Ultraviolet
Unik
Univalen
Universitas
Urine
Uzur
V.
No Kata baku
Vaksin
Vakum
Valentin
Vampir
Vanili
Variabel
Varietas
Vas
Vila
Voli
W.
No Kata baku
Wasalam
Watt
Wirausaha
Wol
Wudu
Wujud
X.
No Kata baku
Xantofil
Xenia
Xenofobia
Xenon
Xerofit
Xerografi
Xerosis
Xilem
Xilofon
Xilograf
Y.
No Kata baku
Yakin
Yaumulakhir
Yoghurt
Yogyakarta
Yudikatif
Yupiter
Yuri
Yurisdiksi
Yustisi
Yutawan
Z.
No Kata baku
Zabur
Zaitun
Zaman
Zambrud
Zamzam
Zebra
Ziarah
Zikir
Zone
Zuhur
This page has the following sub pages.
Leave a Reply